Sabtu, 28 Januari 2017

BIOKIMIA: UJI PROTEIN DAN ASAM AMINO


LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA

REAKSI UJI PROTEIN DAN REAKSI-REAKSI SPESIFIK
 ASAM AMINO DAN PROTEIN

NAMA                                    :  DEWI SYAMSURYA
NIM                                        :  H411 15 021
HARI/TGL. PERCOBAAN :  KAMIS/ 13 OKTOBER 2016
KELOMPOK                        :  III (TIGA)
ASISTEN                               :  SULFIANI

 


LABORATORIUM BIOKIMIA

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2016
 
 
 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
  Nama biomolekul protein berasal dari kata proteos yang berarti utama. Kata ini pertama kali diberikan oleh Gerardus Mulder yang menganggap zat ini paling penting dari semua molekul organik pada kehidupan manusia. Bahan baku penyusun protein adalah molekul-molekul asam-asam amino (Hamid, 2001).
            Asam amino sebagai monomer penyusun protein (polipeptida), secara umum memiliki atom karbon pusat (Cα) yang mengikat satu atom hidrogen, gugus amino (NH2), dan gugus karboksil (COOH). Terdapat 20 jenis asam amino penyusun protein yang dibedakan oleh rantai samping yang menempel pada Cα melalui valensinya yang keempat. Asam-asam amino tersambung ujung ke ujung selama sintesis protein dengan pembentukan ikatan polipeptida (Rizkiyanti, dkk., 2016).
          Analisa asam amino sangat penting dilakukan, karena kualitas protein suatu bahan pangan sangat ditentukan oleh kadar asam amino yang dikandungnya. Dari segi nutrisi asam amino dibagi menjadi 2 golongan, yaitu asam amino non essensial dan asam amino essensial. Asam amino non esensial adalah asam amino yang dapat disediakan oleh tubuh organisme melalui proses biosintesa yang rumit dari senyawa nitrogen yang terdapat dalam makanan dan asam amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesa oleh tubuh. Untuk memenuhi kebutuhan protein, suatu organisme memerlukan tambahan asam amino esensial yang diperoleh dari bahan pangan atau pakan yang dikonsumsi (Elfita, 2014).
          Berdasarkan hal tersebut dilakukan percobaan ini untuk mengetahui reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein serta mengetahui dan menguji kandungan protein pada satu sampel.

I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein serta mengetahui dan menguji kandungan protein pada satu sampel.
I.2.2 Tujuan Percobaan
I.2.2.1 Reaksi Uji Protein
            Adapun tujuan dari reaksi uji protein ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi adanya protein dengan tes pengendapan logam.
2.    Mengidentifikasi adanya protein dengan tes pengendapan alkohol.
I.2.2.2 Reaksi Spesifik Asam Amino dan Protein
            Adapun tujuan dari reaksi asam amino dan protein adalah sebagai berikut:
1.    Mengidentifikasi gugus indol spesifik asam amino triptofan dengan reaksi Adamkiewtiz-Hopkins.
2.    Mengidentifikasi proses denaturasi protein dengan reaksi termokoagulasi serta pengendapan dengan asam kuat dan asam organik.

I.3 Prinsip Percobaan
I.3.1 Reaksi Uji Protein
            Adapun prinsip percobaan reaksi uji protein adalah sebagai berikut:
1.    Pengendapan dengan logam menyebabkan terjadinya reaksi antara ion logam dan ion protein sehingga terbentuk pengendapan.
2.    Pengendapan dengan alkohol menyebabkan penurunan kelarutan protein dengan penambahan pelarut asam organik.
I.3.2 Reaksi Spesifik Asam Amino dan Protein
Adapun prinsip percobaan reaksi spesifik asam amino dan protein adalah mengidentifikasi asam amino, protein, dan reaksi-reaksi spesifiknya dengan beberapa asam kuat seperti asam nitrat dan asam organik dengan adanya perubahan suhu, warna, dan endapan yang menunjukkan bahwa adanya reaksi uji positif terhadap asam amino dan protein. 
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Asam Amino
            Asam amino adalah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus -NH2 pada atom karbon  dari posisi gugus -COOH. Atom karbon  dari rumus umum asam amino adalah atom karbon asimetrik, kecuali bila R ialah atom H. Asam amino mempunyai sifat memutar bidang cahaya atau aktivitas optik. Molekul asam amino mempunyai dua konfigurasi, yaitu konfigurasi D dan L karena atom karbon asimetriknya. Molekul asam amino dikatakan mempunyai konfigurasi L, apabila gugus -NH2 terdapat di sebelah kiri atom karbon. Apabila posisi gugus -NH2 terdapat di sebelah kanan, molekul asam amino mempunyai konfigurasi D. Asam-asam amino yang terdapat pada protein umumnya mempunyai konfigurasi L (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
            Asam amino terdapat sekitar 300 jenis di alam. Namun, hanya ada 20 jenis asam amino yang digunakan sebagai penyusun protein. Sementara itu, asam amino sendiri tersusun atas 4 jenis atom, yaitu C, H, O, dan N. Beberapa asam amino lain mengandung unsur S, P, dan lain-lain. Asam amino di dalam sel makhluk hidup terus-menerus mengalami perubahan, baik karena sintesis maupun degradasi. Perubahan ini dapat mengontrol tingkat enzim tertentu menyediakan asam amino pada saat dibutuhkan dan kesalahan degradasi atau mencegah terjadinya terjadinya gangguan metabolisme dalam sel (Hamid, 2001).
            Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina umumnya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik. Perbedaan sifat antara asam amino, asam karboksilat, dan amina terlihat pula pada titik leburnya. Asam amino mempunyai titik lebur yang lebih tinggi dibandingkan dengan asam karboksilat atau amina. Kedua sifat ini menunjukkan bahwa asam amino cenderung mempunyai struktur bermuatan dan polaritas tinggi. Hal ini tampak pada sifat asam amino sebagai elektrolit (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
            Asam amino yang terdapat dalam molekul protein tidak semuanya dapat dibuat dalam tubuh. Apabila ditinjau dari segi pembentukan asam amino dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu asam amino yang tidak dapat dibuat atau disintesis dalam tubuh dan asam amino yang dapat dibuat dalam tubuh. Asam amino yang tidak dapat dibuat dalam tubuh disebut asam amino esensial dan harus diperoleh dari makanan sumber protein. Asam amino yang dapat dibuat dalam tubuh disebut asam amino non esensial. Asam amino dapat pula dibagi dalam beberapa kelompok menurut strukturnya, terutama ditinjau dari struktur gugus -R dalam asam amino, yaitu rantai samping yang terikat pada bagian inti molekul asam amino (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
            Sifat-sifat fisik dan kimia rantai samping menentukan ciri unik suatu asam amino tertentu, sehingga mempengaruhi peran fungsionalnya dalam polipeptida. Asam amino dikelompokkan berdasarkan sifat rantai sampingnya. Salah satu kelompok terdiri dari asam amino dengan rantai samping non polar yang bersifat hidrofobik. Adapun kelompok lain terdiri dari asam-asam amino dengan rantai samping polar yang bersifat hidrofilik. Asam amino yang bersifat asam adalah asam amino dengan rantai samping yang umumnya bermuatan negatif akibat keberadaan gugus karboksil yang biasanya terdisosiasi (terionisasi) pada pH selular. Asam amino yang bersifat basa memiliki gugus amino pada rantai samping yang umumnya bermuatan positif. Rantai samping yang bersifat asam dan basa juga bersifat hidrofilik (Campbell, dkk., 2008).
Ada 20 jenis asam amino yang merupakan penyusun protein. Nama-nama asam amino ini disingkat dalam tiga kode huruf atau kode satu huruf. Asam amino dan kode itu dapat dilihat dalam tabel berikut ini (Mandle, dkk., 2012):
Glycine
Gly
G
Tyrosine
Try
Y
Alanine
Ala
A
Methionine
Mer
M
Serine
Ser
S
Tryptophan
Trp
T
Threonine
Thr
T
Asparagine
Asn
A
Cysteine
Cys
C
Glutamine
Gln
G
Valine
Val
V
Histidine
His
H
Isoleucine
Ile
I
Aspartic Acid
Asp
A
Leucine
Leu
L
Glutamic Acid
Glu
G
Proline
Pro
P
Lysine
Lys
L
Phenylalanine
Phe
P
Arginine
Arg
A
Tabel 1. 20 Asam Amino

1.2 Protein
            Protein berasal dari kata Yunani proteios yang berarti tempat pertama. Hampir setiap fungsi dinamik dalam makhluk hidup bergantung pada protein. Protein menyusun lebih dari 50% massa kering sebagian besar sel. Beberapa protein mempercepat reaksi kimia, sedangkan yang lain berperan dalam penyokongan struktural, penyimpanan, transpor, komunikasi seluler, pergerakan serta pertahanan melawan zat asing (Campbell, dkk., 2008).
            Protein adalah bahan biologi yang mungkin dikenal paling kompleks. Protein juga yang paling penting karena seperti pada makanan merupakan satu-satunya sumber dari kompleks nitrogen yang penting untuk membangun protoplasma. Semua protein mengandung atom karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, dan beberapa mengandung fosfor. Elemen lain yang terkandung dalam protein termasuk zat besi, iodin, tembaga, mangan, dan seng. Ukuran molekul protein sangat besar, berat molekulnya diperkirakan berkisar dari 5.000 sampai 25.000.000 (Kleiner dan Orten, 1962).   
            Terdapat empat tingkat struktur protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener. Struktur primer dari suatu protein adalah urutan asam-asam amino yang membentuknya. Asam-asam amino dalam protein terikat satu sama lain dengan ikatan peptida. Struktur sekunder diperhatikan bersama-sama oleh ikatan hidrogen antara gugus karboksil dengan gugus amino dari ikatan peptida. Pada heliks α, ikatan hidrogen terbentuk antara satu gugus karboksil dengan satu gugus NH dari residu asam amino. Struktur tersier dimantapkan oleh interaksi berbagai gugus R dari asam-asam amino, yaitu muatan positif dan negatif, interaksi hidrofobik, ikatan disulfida, dan ada tidaknya gugus prostetik yang terikat secara kovalen. Struktur kuartener dibentuk bukan dari ikatan kovalen antara rantai-rantai protein ataupun antara rantai protein dengan koenzim. Semua struktur ini, kecuali struktur primer dapat dirusak oleh denaturasi misalnya pemanasan, pH yang ektrim, urea, dan detergen (Schumm, 1993).
            Protein dapat dibagi dalam dua golongan ditinjau dari strukturnya, yairu golongan protein sederhana dan protein gabungan. Protein sederhana adalah protein yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino, sedangkan protein gabungan adalah protein yang terdiri atas gugus prostetik dan terdiri atas karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Protein sederhana dapat dibagi dalam dua bagian menurut bentuk molekulnya, yaitu protein fiber dan protein globular. Protein fiber mempunyai bentuk molekul panjang seperti serat atau serabut, sedangkan protein globular berbentuk bulat (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
            Menurut Poedjiadi dan Supriyanti (2007), protein memiliki reaksi-reaksi yang khas, di antaranya:
1.      Reaksi xantoprotein,
      Larutan asam nitrat pekat yang ditambahkan dengan larutan protein. Setelah dicampur akan terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzene yang terdapat pada molekul protein.
2.      Reaksi Hopkins-Cole
      Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan asam kuat membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direaksikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Pereaki ini dibuat dari asam oksalat dengan serbuk magnesium dalam air. Setelah dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan perlahan sehingga membentuk lapisan di bawah larutan protein dan beberapa saat kemudian akan terbentuk cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan tersebut. Pereaksi ini pada dasarnya memberi hasil positif untuk gugus indol dalam protein.
3.      Reaksi Millon
      Pereaksi Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan larutan protein akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tiroksin akan memberi hasil positif. 
2.3 Uji Asam Amino
            Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil hidrolisis protein, baik menggunakan enzim maupun asam. Dengan cara lain, diperoleh campuran bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan jenis asam amino maupun kuantitas masing-masing asam amino perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino tersebut. Ada beberapa metode analisa asam amino, misalnya metode gravimetri, kalorimetri, kromatografi dan elektrofisis. Metode yang banyak memperoleh pengembangan adalah metode kromatografi. Macam-macam kromatografi ialah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan kromatografi penukar ion (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
            Kromatografi kertas merupakan salah satu jenis kromatografi partisi, yaitu pemisahan beberapa zat berdasarkan perbedaan kelarutan dalam dua pelarut yang tidak dapat bercampur. Kromatografi lapis tipis menggunakan aluminium oksida, serbuk selulosa atau silika gel sebagai absorben yang berupa lapis tipis yang diletakkan di atas selembar kaca. Pemisahan asam amino didasarkan perbedaan asam-asam amino tersebut pada pH tertentu dan kecepatan bergerak asam. Kromatografi penukar ion menggunakan polimer sintetik yang mempunyai gugus fungsi yang bersifat asam dan dapat melepaskan ion OH-. Ion-ion tersebut dapat dilepaskan apabila ada ion lain yang dapat menggantikannya. Sebagai contoh suatu polimer atau resin yang mempunyai gugus -SO3H atau -COOH dapat melepaskan ion H+ apabila larutan yang mengandung Na+ atau NH4+. Dalam hal ini ion Na+ atau NH4+ akan menggantikan ion H+ sehingga tercapai keadaan yang seimbang. Demikian juga -NH3+OH- dapat melepaskan ion OH- apabila terdapat larutan yang mengandung Cl- atau R-COO-. Resin yang dapat melespakan ion H+ disebut resin penukar ion positif, sedangkan yang melepaskan ion OH- disebut penukar ion negatif (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007).
2.3  Uji Protein
            Beberapa metode dapat dipakai dalam memisahkan protein. Salah satu dari metode yang utama adalah filtrasi gel. Protein dipisahkan menurut ukurannya dengan cara melakukan campuran protein pada suatu gel yang berpori-pori. Protein yang sangat besar akan disingkirkan oleh gel dan dengan cepat muncul dalam cairan yang menetes keluar dari kolom gel tadi dan disebut ­void volume. Protein-protein yang lebih kecil memasuki gel dan diperlambat jalannya dalam melintasi gel. Perlambatan ini berbeda-beda sesuai dengan ukuran molekul. Protein yang paling besar akan keluar pertama dan protein yang lebih kecil akan keluar lebih lama, tergantung pada ukuran masing-masing (Schumm, 1993).
             Cara lain memisahkan protein menurut ukurannya adalah teknik ultrasentrifugasi. Pada teknik ini, protein dipisahkan di bawah kekuatan gravitasi yang meningkat disebabkan oleh pemusingan pada kecepatan yang amat tinggi. Protein yang lebih besar bergerak lebih cepat, protein yang lebih kecil atau bentuknya tidak bulat bergerak lebih lambat pada medan gravitasi. Protein juga dapat dipisahkan dengan cara elektroforesis atau kromatografi pertukaran ion. Eklektroforesis dalam larutan detergen tidak hanya memisahkan berbagai sub unit protein secara individu, akan tetapi memberikan kemungkinan memperkirakan berat molekul. Eletroforesis yang disertai dengan detergen, protein-protein yang lebih kecil akan bergerak lebih cepat dari molekul protein yang lebih besar. Protein-protein yang dapat mengikat senyawa khusus, semisal suatu substrat atau koenzim dapat dipisahkan dari protein lain dengan teknik kromatografi afnitas. Suatu protein yang mempunyai afnitas terhadap zat akan melekat pada kolom, sedangkan protein lain akan tertahan oleh kolom. Kromatografi afnitas dapat memisahkan suatu protein dengan tingkat kemurnian tinggi (Schumm, 1993). 

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah albumin, HgCl2 0,2 M, (CH3COO)2Pb 0,2 M, etanol 95 %, HCl 0,1 M, NaOH 0,1 M, larutan buffer pH 4,7 asam amino (glisin, asparagin, asam aspartat), reagen Hopkins, H2SO4 pekat, CH3COOH 0,05 M, HNO3 pekat, dan larutan asam TCA (Trikloroasetat) 10 %.

3.2 Alat Percobaan
            Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, pipet tetes, pipet skala, gelas kimia 500 mL, dan hotplate.

3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Reaksi Uji Protein
3.3.1.1 Pengendapan dengan Logam
            Percobaan pengendapan dengan logam disiapkan 2 buah tabung reaksi. Setiap tabung reaksi diisi dengan albumin sebanyak 3 mL. Tabung reaksi I ditambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M dan tabung rekasi II ditambahkan larutan (CH3COOH)2Pb 0,2 M. Diamati perubahan yang terjadi.

3.3.1.2 Pengendapan dengan Alkohol
Percobaan pengendapan dengan alkohol disiapkan 3 buah tabung reaksi. Setiap tabung reaksi diisi dengan albumin sebanyak 5 mL. Tabung reaksi I ditambahkan HCl 0,1 M, tabung reaksi II ditambahkan NaOH 0,1 M, dan tabung reaksi III ditambahkan larutan buffer pH 4,7 yang masing-masing ditambahkan 1 mL. Setiap tabung reaksi lalu ditambahkan etanol 95 % sebanyak 6 mL. Diamati perubahan yang terjadi.

3.3.2 Reaksi-reaksi Spesifik Asam Amino dan Protein
3.3.2.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
            Percobaan reaksi Adamkiewitz-Hopkins disiapkan 4 tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan larutan yang berbeda-beda sebanyak 2 mL, yaitu albumin, alanin, glisin, dan asam aspartat.  Kemudian, masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 mL larutan glioksilik (reagen  Hopkins). Setiap tabung reaksi lalu dikocok dan diamati perubahan warnanya. Masing-masing tabung lalu ditambahkan 4 mL H2SO4 pekat, kemudian diamati perubahan yang terjadi.

3.3.2.2 Termokoagulasi                                            
            Percobaan reaksi termokoagulasi disiapkan 4 tabung reaksi. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan larutan yang berbeda-beda sebanyak 2 mL, yaitu albumin, alanin, glisin, dan asam aspartat. Setiap tabung reaksi dtambahkan satu tetes NaOH 0,1 M, lalu dikocok dan diamati perubahan warnanya. Kemudian, 4 tabung reaksi tadi dipanaskan hingga mendidih dan diamati perubahan warnanya. Setelah dipanaskan, masing-masing tabung reaksi ditambahkan satu tetes CH3COOH 0,05 M, lalu dikocok dan mengamati perubahan yang terjadi.

3.3.2.3 Pengendapan dengan Asam Kuat
3.3.2.3.1 Asam nitrat
            Disiapkan 4 buah tabung reaksi. Tabung I diisi dengan albumin 2 mL, tabung II diisi dengan alanin 2 mL, tabung III diisi dengan glisin 2 mL, dan tabung IV diisi dengan asam aspartat 2 mL. Setiap tabung reaksi kemudian ditambahkan HNO3pekat sebanyak 1 mL. Diamati perubahan yang terjadi.

3.3.2.3.2 Asam organik
            Disiapkan 4 buah tabung reaksi. Tabung I diisi dengan albumin 2 mL, tabung II diisi dengan alanin 2 mL, tabung III diisi dengan glisin 2 mL, dan tabung IV diisi dengan asam aspartat 2 mL. Setiap tabung reaksi kemudian ditambahkan larutan asam TCA (Trikloroasetat) 10 % sebanyak 1 mL. Diamati perubahan yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain, M.L., Wasserman, S.A.,  Minorsky, P.V., dan Jackson, R.B., 2008, Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Elfita, L., 2014, Analisa Profil Protein dan Asam Amino Sarang Burung Walet (Collocalia fuciphaga) Asal Painan, Jurnal Sains Farmasi, 1(1): 27-37.

Hamid, A.A.T., 2001, Biokimia: Metabolisme Biomolekul, Alfabeta, Bandung.

Kleiner, I.S., dan Orten, J.M., 1962, Biochemistry, C.V. Mosby Company, St. Loius.

Mandle, A.K., Jain, P., dan Shrivastava, S.K., 2012, Protein Structure Prediction Using Support Vector Machine, International Journal on Soft Computing (IJSC), 3(1): 67–78.

Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F.M.T, 2007, Dasar-dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Rizkiyanti, A., Suaniti, N.M., dan Ratnayani, K., 2016, Analisis Asam Amino Penstimulasi Insulin dalam Biji Kecipir, Biji Asam, dan Biji Kelor dengan HLPC, Jurnal Kimia, 10(1): 58-64.

Schumm, D.E., 1993, Intisari Biokimia, Binarupa Aksara, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar